Beranda | Artikel
Yakin Dengan Pertolongan Allah
Sabtu, 21 Oktober 2023

YAKIN DENGAN PERTOLONGAN ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA

اَلْإِسْلَامُ يَعْلُو وَلَا يُعْلَى

Islam itu tinggi dan tidak ada yang melebihi

Hakikat yakin kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala nampak dalam beberapa tahapan lemah, karena yang memiliki keyakinan bukanlah orang yang cerah sanubarinya, lapang dadanya dan berseri mukanya saat melihat kekuatan islam, kemuliaan penganutnya dan berita gembira kemenangannya. Yakin adalah milik orang yang percaya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila kegelapan telah hitam pekat, sangat sempit, kesulitan sudah bertumpuk-tumpuk, dan semua umat saling menyatakan sikap permusuhan dengan terang-terangan. Karena sesungguhnya harapannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat besar dan dia yakin bahwa kesudahan bagi orang-orang yang bertaqwa dan masa depan untuk agama ini.

Dan karena sesungguhnya mujahid (pejuang) berusaha untuk menegakan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi, maka sesungguhnya jalannya menuju hal itu adalah sabar dan yakin. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: ‘Aku mendengar Syaikhul Islam rahimahullah berkata: ‘Dengan kesabaran dan keyakinan dicapai kepemimpinan dalam agama, kemudian dia membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. [as-Sajdah/32 :24][1]

Pemberian paling penting yang diberikan kepada seseorang adalah yakin, sebagaimana dalam hadits:

وَسَلُوْا اللهَ الْيَقِيْنَ وَاْلمُعَافَاَة فَإِنَّهُ لَمْ يُؤْتَ أَحَدٌ خَيْرًا مِنَ الْمُعَافَاةِ

Mintalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yakin dan afiyat, maka sesungguhnya seseorang tidak diberikan setelah yakin yang lebih baik dari pada afiyah.”[2]

Tidak binasa umat ini kecuali ketika anak-anaknya tidak mau menyumbangkan kesungguhan yang diberikan untuk kemenangannya, kemudian meneguk beberapa gelas harapan tanpa bekerja. Karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صَلاَحُ أَوَّلِ هذِهِ اْلأُمَّةِ بِالزُّهْدِ وَالْيَقِيْنِ وَيَهْلِكُ آخِرُهَا باِلْبُخْلِ وَاْلأَمَلِ

Kebaikan generasi pertama umat ini adalah dengan zuhud dan yakin, dan binasa yang terakhirnya dengan bakhil dan angan-angan.”[3]

Dan karena hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala sajalah yang mengetahui perkara gaib, maka kita tidak mengetahui kapan datang pertolongan? Dan kita tidak mengetahui di manakah kebaikan? Akan tetapi yang kita ketahui sesungguhnya umat kita adalah umat yang baik –dengan ijin Allah Subhanahu wa Ta’ala- diharapkan baginya pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala -walaupun setelah beberapa masa-, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan kepada hal itu dengan sabdanya r:

مثل أمتي مثل المطر لا يدرى أوله خير أم آخره

Perumpamaan umatku seperti hujan, tidak diketahui apakah permulaannya yang baik atau akhirnya.”[4]

Kita tidak tahu lewat tangan generasi manakah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyingkap awan dan mengangkat perkara umat ini, akan tetapi yang kita ketahui sesungguhnya sunnatullah di alam ini adalah sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لاَيَزَالُ اللهُ يَغْرِسُ فِى هذَا الدِّيْنِ غَرْسًا يَسْتَعْمِلُهُمْ فِيْهِ بِطَاعَتِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menanamkan di dalam agama ini, mempekerjakan mereka untuk taat kepada-Nya hingga hari kiamat.”[5]

Banyak sekali kabar gembira dalam sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, membangun kembali semangat dan meneguhkan keyakinan. Di antaranya janji Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa kerajaan umat ini akan mencapai Timur dan Barat, dan masih banyak wilayah yang belum jatuh di bawah kekuasaan kaum muslimin, dan Islam harus menaklukkannya, sebagaimana di dalam hadits:

إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memperlihatkan bumi untukku, maka aku melihat Timur dan Baratnya, dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai yang dilipat untukku darinya.[6]

Apabila kita mengetahui bahwa asal di dalam Islam adalah tinggi, memimpin, dan kuat, maka kita tidak berputus asa karena lemahnya kaum muslimin dalam satu kurun waktu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى

Islam itu tinggi dan tidak ada yang melebihi.’[7]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan terus menerus bertambahnya Islam:

وَلاَيَزَالُ اْلإِسْلاَمُ يَزِيْدُ, وَيَنْقُصُ الشِّرْكُ وَأَهْلُهُ, حَتىًّ تَسْيُر الْمَرْأَتَانِ لاَتَخْشَيَانِ إِلاَّ جوْرًا, وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَتَذْهَبُ اْلأَيَّامُ وَاللَّيَالِي حَتَّى يَبْلُغَ هذَا الدِّيْنُ مَبْلَغَ هذَا النَّجْمَ

Islam senantiasa bertambah, syirik dan penganutnya berkurang, sehingga dua orang wanita berjalan dan tidak takut kecuali perbuatan aniaya. Demi (Allah Subhanahu wa Ta’ala) yang diriku berada di tangan-Nya, tidak berlalu hari dan malam sehingga agama ini mencapai tempat bintang ini.”[8]

Harapan tetap ada dan meluasnya kekuasaan kaum muslimin terus berlanjut –dengan ijin Allah Subhanahu wa Ta’ala-.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kabar dengan berita-berita gembira yang melunakkan segala keputus asaan, menetapkan setiap orang yang mendapat cobaan, melapangkan hati setiap orang yang kehilangan harapan dengan para penganut agama ini, ketika ia tidak mendapatkan secercah harapan yang berkilau untuknya, di mana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بشّر هذِهِ اْلأُمَّةُ باِلسَّنَاءِ وَالدّيْنِ وَالرِّفْعَةِ وَالنَّصْرِ وَالتَّمْكِيْنِ فِى اْلأَرْضِ

Umat ini diberi kabar gembira dengan keluhuran, agama, ketinggian, kemenangan dan keteguhan di muka bumi…”[9]

Jihad terus berlanjut hingga hari kiamat. Dan golongan yang nampak di atas kebenaran tidak membahayakannya orang yang menghinanya, ia terus berlanjut hingga datang perkara Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hal itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَنْ يَبْرَحَ هذَا الدِّيْنُ قَائِمًا يُقَاتِلُ عَلَيْهِ عصَابَةٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ حَتىَّ تَقُوْمَ السَّاعَةُ

Agama ini senantiasa tegak, berperang atasnya segolongan dari kaum muslimin hingga terjadi hari kiamat.[10]

Standar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan standar manusia, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kekuatan dari yang lemah. Hal itu jelas dalam merenungkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ اللهَ يَنْصُرُ هذِهِ اْلأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا, بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلاَتِهِمْ وَإِخْلاَصِهِمْ

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menolong umat ini dengan yang lemahnya, dengan doa, shalat dan ikhlas mereka.”[11]

Sesungguhnya seorang muslim yang diseret dengan belenggu, ditahan di sel, diburu di setiap tempat, tidak punya senjata, fakir yang papa, dengan do’a, shalat dan ikhlasnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menolong umat ini. Sekalipun dengan segala kelemahan yang tergambar padanya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan:

رُبَّ أَشْعَثَ مَدْفُوْع بِاْلأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ َلأَبَرَّهُ

Berapa banyak orang yang berambut kusut, ditolak di depan pintu (kalau ia meminta atau melamar, pent), jika ia bersumpah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala niscaya Dia mengambulkannya.” [12]

Sungguh kita melihat pada hari ini kekuatan berada di tangan musuh-musuh kita dan kemenangan untuk mereka terhadap kita…akan tetapi kita tidak lupa bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengatur alam ini dan mata-Nya tidak lalai dari hamba-hamba-Nya yang beriman, Dia Subhanahu wa Ta’ala tidak akan ridha mereka selalu hina dan terus menerus dikuasai. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

المِيْزَانُ بِيَدِ الرَّحْمنِ يَرْفَعُ أَقْوَامًا وَيَضَعُ آخَرِيْنَ

Timbangan (neraca) berada di tangan ar-Rahman, Dia mengangkat suatu kaum dan merendahkan yang lain.”[13]

Dia Subhanahu wa Ta’ala pasti akan mengangkat kita setelah merendahkan kita, apabila Dia melihat dari kita kesungguhan usaha untuk mendapat ridha-Nya.

Di setiap abad, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan rasa yakin di dalam jiwa umat, dengan menjadikan padanya orang-orang yang berlomba dalam kebaikan, tidak memperdulikan berbagai cobaan, manusia mengikuti mereka, seperti dalam hadits:

فِى كُلِّ قَرْنٍ مِنْ أُمَّتِي سَابِقُوْنَ

Dalam setiap abad dari umatku ada orang orang yang berlomba (dalam kebaikan).”[14]

Sebagaimana Dia Subhanahu wa Ta’ala menjadikan dalam umat ini orang yang meluruskan pemahaman baginya, berjalan dengannya di atas kesungguhan, membimbingnya menuju petunjuk, memperbaharui baginya perkara agamanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kabar gembira dengan hal itu, Dia Subhanahu wa Ta’ala bersabda:

إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهذِهِ اْلأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا أَمْرَ دِيْنِهَا

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala membangkitkan untuk umat ini di atas setiap seratus tahun orang yang memperbaharui baginya agamanya.”[15]

Bisa jadi kelapangan itu datang lewat tangan para pendahulu, dan bisa jadi lewat tangan para pembaharu, akan tetapi kesusahan tidak akan kekal.

Semua musuh Islam jatuh dalam lingkaran ancaman Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berperang. Dan siapa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala memeranginya, maka tidak ada takut darinya dan tidak ada harapan terus berlangsung kekuasaanya terhadap kita. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi:

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ

“Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka sungguh Aku memberitahukannya dengan berperang…”[16]

Maka hendaklah kita saling berwasiat untuk tetap sabar di atas bala musibah, tetap teguh apabila terjadi qadha (keputusan), hendaklah kita menjadi pemberi kabar gembira yang baik dan tidak menjadi pemberi ancaman yang buruk, dan hendaknya kita mengatakan kepada orang-orang yang putus asa setelah begitu lama menunggu seperti yang disabdakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya, saat mereka mengadu karena banyaknya bala musibah dan beratnya:

وَاللهِ لَيُتِمَّ اللهُ هذاَ اْلأَمْرَ…وَلكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُوْنَ

Demi Allah, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyempurnakan perkara ini…akan tetapi kamu meminta segera.”[17]

Sesungguhnya keyakinan yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala dari hamba-Nya adalah keyakinan yang terwujud pada Ibu Nabi Musa Alaihissallam dalam praktiknya, ketika Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang dia:

فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلاَتَخَافِي وَلاَتَحْزَنِي

dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil).Dan janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati,. [al-Qashash/28:7]

Seperti inilah, dia melemparnya di sungai Nil dan tidak merasa takut dan tidak pula bersedih hati, padahal biasanya sungai besar sangat berbahaya bagi anak kecil yang masih menyusu, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menentukan keselamatan untuknya,  dan Fir’aun memungut bayi yang masih menyusu, dia tidak takut dari pemeliharaannya di istananya, karena biasanya bayi yang masih menyusu tidak takut terhadap orang yang mengasuhnya. Maka kebinasaan Fir’aun lewat tangannya. Seperti inilah keajaiban kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang tiga golongan manusia yang tidak ada kebaikan pada mereka: “Tiga golongan, janganlah engkau bertanya tentang mereka …dan laki-laki yang ragu terhadap perkara Allah Subhanahu wa Ta’ala, putus asa dari rahmat-Nya.[18] Karena itulah, sesungguhnya umat yang diselimuti keraguan dan dililit keputusasaan, tidak bisa diharapkan kebaikannya selama ia tidak membanyak kembali rasa percaya diri dan keyakinan dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam.

Sesungguhnya beriman kepada Qadar (ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala) adalah salah satu sumberi keyakinan bahwa kesudahan adalah untuk orang-orang yang bertaqwa. Karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ شَيْئٍ حَقِيْقَةً وَمَا بَلَغَ عَبْدٌ حَقِيْقَةَ اْلإِيْمَانِ حَتىَّ يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ وَمَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَهُ

Sesungguhnya bagi setiap sesuatu ada hakikat, dan seorang hamba tidak bisa mencapai hakikat iman sehingga ia mengetahui bahwa sesuatu yang ditakdirkan akan menimpanya tidak akan meleset darinya, dan sesuatu yang tidak ditakdirkan kepadanya tidak akan menimpanya.”[19]

Sungguh umat telah melewati beberapa masa kelemahan, maka kita tidak lupa bahwa ia adalah taqdir Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mampu mengembalikan kemuliaan yang hilang, mengembalikan kepemimpinan yang telah berlalu, dan kondisi manusia naik dan turun, seperti dalam hadits:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ مَثَلُ السُّنْبُلَةِ تَمِيْلُ أَحْيَانًا وَتَقُوْمُ أَحْيَانًا

Perumpamaan seorang mukmin seperti tangkai, terkadang miring dan terkadang berdiri.”[20]

Yang penting ia terkadang berdiri – dan itu adalah sunnah kauniyah– dan hari ini pasti akan tiba –apabila semua sebab telah terpenuhi-.

Seperti inilah berlalu sunnatullah di semua umat, seperti dalam hadits:

عُرِضَتْ عَلَيَّ اْلأُمَمُ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلاَنِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ

Diperlihatkan kepadaku semua umat, maka aku melihat seorang nabi dan bersamanya ada rombongan kecil, seorang nabi dan bersamanya ada seorang dan dua orang laki-laki, dan seorang nabi yang tidak ada seorangpun bersamanya…”[21]

Kendati demikian dakwah terus berlangsung dan tetap ekses, sekalipun mengalami kelemahan di sebagian waktu. Seorang nabi tidak akan dicela karena tidak ada yang mengikutinya sekalipun ia telah mengorbankan segenap kemampuan dalam dakwahnya. Sebagaimana seorang mujahid tidak dicela karena tidak bisa mencapai kemenangan, sekalipun ia berjihad dalam waktu yang lama. Yang membuat kita dicela adalah karena kurang melakukan sebab (usaha), tidak mau berjuang sebatas kemampuan –sekalipun sedikit- dan yang tersisa diserahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saat Dia menghendaki.

Dan tatkala para syuhada merasa khawatir terhadap orang-orang yang masih hidup sesudah mereka yaitu lemah kepercayaan yang membawa kepada enggan berjihad, atau merasa putus asa dari hasilnya, mereka berkata kepada Rabb mereka Subhanahu wa Ta’ala :

مَنْ بَلَّغَ إِخْوَانَنَا عَنَّا أَنَّا أَحْيَاءٌ فِى الْجَنَّةِ نُرْزَقُ لِئَلاَّ يَزْهَدُوْا فِى الْجِهَادِ وَلاَينكلوا فِى الْحَرْبِ. فَقَالَ اللهُ سبحانه: أَنَا أُبَلِّغُهُمْ عَنْكُمْ

Siapakah yang menyampaikan kepada saudara-saudara kami yang masih hidup tentang kami, sesungguhnya kami tetap hidup di surga mendapat rizqi, agar mereka tidak enggan berjihad dan tidak mundur saat berperang.’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Aku menyampaikan kepada mereka tentang kamu…’[22]

Maka malam pasti akan berlalu, buih pasti akan sirna, dan yang berguna bagi manusia pasti akan menetap di muka bumi dan berlalulah taqdir Rabb semesta alam bahwa kesudahan adalah untuk orang-orang yang beriman.

Kesimpulan:

  1. Orang yang memiliki keyakinan percaya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bilamana dunia menjadi sempit atasnya.
  2. Kepemimpinan dalam agama diperoleh dengan sabar dan yakin.
  3. Yakin adalah sebaik-baik yang diberikan kepada seseorang.
  4. Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menanam untuk agama ini…dan kebaikan pasti akan tiba dengan ijin Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  5. Di antara kabar gembira dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala:
    • Kerajaan umat akan mencapai Timur dan Barat.
    • Islam itu tinggi dan tidak ada yang melebihi, ia bertambah dan syirik berkurang.
    • Janji dengan keteguhan dan agama senantiasa tetap tegak.
    • Allah Subhanahu wa Ta’ala menolong umat dengan orang yang lemah, mengangkat suatu kaum dan merendahkan yang lain.
    • Di setiap masa/abad ada orang-orang terdahulu/berlomba (dalam kebaikan) dan pembaharu, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan musuh-musuhnya berperang.
    • Pertolongan pasti akan tiba, akan tetapi manusia meminta segera atau ragu-ragu, dan iman mereka lemah kepada taqdir.
    • Janji pasti akan tiba, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menentukan waktunya.
    • Tidak mengapa sedikitnya pengikut, akan tetapi kesalahan adalah tidak melakukan sebab (usaha).

[Disalin dari  الثقة بنصر الله   Penyusun : Mahmud Muhammad al-Khazandar, Penerjemah :  Muhammad Iqbal Ghazali, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah IslamHouse.com 2009 – 1430]
_______
Footnote
[1] Tahdzib Madarijus Salikin, manzilah shabr, hal 352.
[2] Shahih al-Jami’ no. 4072 (Shahih).
[3] Shahih al-Jami’ no. 3845 (Hasan).
[4]  Shahih al-Jami’ no. 5854 (Shahih).
[5] Shahih al-Jami’ no. 7692 (hasan).
[6]  Shahih Muslim, kitab fitan, bab ke lima, hadits 19/2889
[7] Shahih al-Jami’ no 1778 (hasan)
[8]  Shahih al-Jami’ no. 1716, (Shahih), dan awalnya: sesungguhnya Allah I menerima Syam denganku…
[9]  Shahih al-Jami’ no. 2825 (Shahih).
[10]  Shahih Muslim, kitab imarah, bab ke 53  hadits 174/1922
[11]  Shahih Sunan an-Nasa`i, kitab jihad, bab ke 43, hadits no. 2978.
[12] Shahih Muslim, kitab birr wa shilah, bab ke 40, hadits no 138/2622.
[13]  Shahih al-Jami’ no. 6737 (Shahih).
[14]  Shahih al-Jami’ no. 4267 (hasan).
[15]  Shahih Sunan Abu Daud karya al-Albani, kitab Malahim, bab 1, hadits no. 4606/4291
[16] Shahih al-Bukhari, kitab riqaq, bab ke 38, hadits no. 6502
[17]  Shahih Sunan Abu Daud karya Syaikh al-Albani, bab 107, hadits no. 2307/2649
[18] Shahih al-Jami’ no. 3059 (Shahih).
[19] Shahih al-Jami’ no. 2150 (Shahih).
[20] Shahih al-Jami’ no. 5845 (Shahih) dan no. 5844 yang berbunyi: Terkadang lurus dan terkadang merunduk. (Shahih).
[21]  Shahih Muslim, kitab iman, bab ke 94, hadits no. 374/220 (Syarh an-Nawawi 3/93)
[22]  Shahih Sunan Abu Daud karya al-Albani, kitab jihad, bab ke 27, hadits no. 2199/2520 (Hasan), dan dalam Shahih al-Jami no. 5205 (Shahih).


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/90757-yakin-dengan-pertolongan-allah.html